Rabu, 01 Juli 2009

Kabar dari seorang kawan

Telpon itu berdering, setelah diangkat ternyata dari salah seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, “gua udah di depan nih” katanya. Langsung saja aku bergegas menuju gerbang rumah, dan dia sedang sibuk meng otak-atik pintu gerbang yang memang rada sulit untuk di buka. Wajahnya terlihat murung, ekspresi mukanya sungguh tidak biasa, keceriaan yang biasanya terlihat seakan-akan sudah hilang. Berkali-kali dia berusaha menggenjot pedal motor, namun tidak kunjung nyala, langsung saja aku membantu dia, “ah sialan, ngedadak susah gini, dasar motor pinjaman” dia menggerutu. Akhirnya motor itu di dorong agar bias masuk ke garasi. sungguh aneh, dia terlihat canggung, kaku dan membuat suasana jadi kurang nyaman.

“giamana kabar mu,” tanyaku. Dia sebentar terdiam, mencoba untuk menghela nafas, aku sungguh tak mengerti, apakah dia tersinggung dengan pesan yang ku kirimkan padanya tadi sore. “aku sekarang kerja, ibuku sakit dan aku harus membiayai kebutuhanku sendiri,” keluhnya. Kontan saja perasaan ku jadi bergejolak, antara penyesalan dan kekesalan. Tadinya aku ingin meluapkan segala kekesalan ku padanya, karena dia memang tidak memberi kabar sedikit pun, padahal kita sudah sepakat kalau acara itu harus terlaksana dalam bulan ini, tapi apa mau dikata, ternyata rasa iba itu telah menghilangkan rasa amarah yang terpendam beberapa minggu ini. “aku minta maaf kalau selama ini sudah cukup membuat kau dan kawan-kawan bingung, rasanya canggung untuk menceritakan semua ini,” dia kembali berbicara. Sungguh, beberapa tahun ini aku selalu menemukan hal yang serupa, tahun kemarin kawan ku pun sama dengan dia, ekonomi yang menjadi persoalan. Semoga kau diberi jalan keluar kawan.

Bandung, 16 April 2009.

0 komentar:

Posting Komentar